Langsung ke konten utama

Postingan

Kukecup Keningmu Saat Kau Tidur

Postingan terbaru

Anak Bernama Kamila

Aku belum lama mengenal ibunya. Ibu dari anak perempuan bernama KAMILA. Tapi akhir-akhir ini kami sering tersambung lewat telepon. Bukan berarti kami hanya bertemu di sekolah saat menjemput anak kami masing-masing. Aku pernah ke rumah mungilnya bersama ibu-ibu orang tua murid yang lain. Aku mengenal gerak-geriknya walau hanya sedikit.  Tak ada yang istimewa dari anak perempuan bernama KAMILA. Rasa-rasanya sama saja dengan anak murid yang lain. Ramah, cerdas, penyayang adik, punya banyak teman. Finish. Sejujurnya aku tak begitu suka ngobrol masalah di luar pelajaran, dengan ibunya KAMILA. Bukan karena suaranya yang serak basah mengganggu telinga, tapi karena kalimatnya tak putus-putus.  Ia tak membiarkan aku menyelesaikan dulu topik pembicaraan. Kelihatannya ia tipe pembicara, bukan pendengar. Semangatnya menggebu-gebu, sangat tak sabaran. Sesuatu yang sudah dia rasakan feel nya, langsung disambung tanpa ampun. Berpuluh kalimat keluar dari mulutnya, mirip peluru bombardir. Aku harus sab

Putrimu adalah Pahalamu

  Bayi.com Allah melihat manusia bukan dari kecantikannya, bukan pula dari banyaknya harta. Allah Mahaadil. Dia melihat kita dari ketakwaan dan amal sholeh. Sepasang suami istri, menjalani biduk rumah tangga selama empat belas tahun dan belum dikaruniai seorang anak.  Pada tahun kelima, pasangan suami istri tersebut memutuskan mengangkat seorang bayi perempuan yang masih merah menjadi anak. Tepatnya masih berusia dua puluh lima hari. Pasangan ini merasa begitu bahagia dengan keberadaan bayi yang diberi nama Kinan di tengah-tengah mereka.  Mulailah mereka sibuk berbelanja segala keperluan Kinan. Mulai dari susu, popok, pakaian bayi, minyak telon, ayunan, gendongan, termasuk surat-surat pengangkatan Kinan sebagai anak. Hari pun cepat berlalu. Sekarang Kinan tumbuh menjadi gadis cantik dan manja. Tak satupun tetangga yang usil membongkar bahwa dirinya hanyalah anak angkat. Jati diri Kinan tertutup rapat sampai sekarang. Sesekali aku datang mengunjungi keluarga ini. Mereka sudah pindah ru

Gadis Kecil Bernama Ratna

  Alkisah, di sebuah kota kecil yang kehidupan sosialnya memprihatinkan. Hiduplah sebuah keluarga dengan lima orang anaknya. Si bapak tidak lain adalah pencari barang-barang rosok dengan gerobaknya. Gerobak ini mempunyai atap ala kadarnya, sekedar menaungi gadis kecil bernama Ratna di dalamnya. Sebelumnya aku tak terlalu memperhatikan keluarga ini. Barulah setelah mereka pindah kontrakan tepat didepan rumah kami, aku mulai merasa kalau salah satu anak mereka lama tak terlihat. Saudara-saudaranya bermain dan  berkeliaran sepanjang siang, kecuali si bungsu Ratna. Terus terang aku tak terlalu suka menyapa sang ibu. Untuk mengobrol sedikit saja, rasanya berat kulakukan. Aku risih dengan gayanya. Berkaos pendek dan ketat sementara suara bicaranya membelah gang sempit nan kumuh di sini. Perawakannya tampak kurus bak super model, bahkan tulang yang menyangga tubuhnya begitu kentara. Meski begitu sejuta orang membela dan mengatakan dia baik. Sedangkan aku sama sekali tak punya penggemar. Baik

Bening-bening Mata Gadis Kecil

Di masa sekolah dulu, paling tertarik membaca cerita tentang gadis kecil. Mungkin karena menjadi simbol kepolosan dan kasih sayang. Mungkin juga gadis kecil menunjuk jumlahnya yang hanya seorang, di masa yang harusnya bermain bersama banyak teman. Gadis kecil juga simbol kesepian. Benar saja.  Apa kabar gadis kecil itu sekarang? Dua tahun sudah aku meninggalkan kota kecil. Dulu aku berada di sana dan melahirkan putriku teman bermainnya. Mereka berdua terpaut dua tahun. Jadi saat bayiku lahir, gadis kecil itu usianya sekitar dua tahun lebih saja. Dia gadis yang cantik dengan kulit yang putih. Rambutnya hitam dan berombak sebahu. Lebih ke atas lagi. Tapi jangan membayangkan gadis kecil yang bersih dan wangi sesudah mandi dan berpakaian rapi. Sama sekali tidak. Lis dia biasa dipanggil. Seorang kakak perempuannya berteriak-teriak bila Lis tak tampak bergumul dengan pasir di depan pagar kayu rumahnya. Sendirian entah sejak pagi masih dingin. Aku pernah berdiri lama-lama di depan pagar kayu

Aku takut Putriku kecewa

Aku mempunyai tiga anak yang semuanya perempuan. Semua nama mereka dimulai dari abjad pertama. Dan setiap mereka mempunyai nama dengan jumlah huruf yang sama banyak, yaitu sepuluh. Aku mulai menjadi ibu hampir tiga belas tahun yang lalu. Dan hebatnya, baru sekarang aku menyadari sudah lama aku memendam rasa takut. Aku mungkin terkena  hyperthimesia, suatu sindrom senang membuka dan mengingat banyak hal di masa lalu. Tapi sindrom ini baik kok. Ketakutanku yang pertama adalah aku takut bayiku menangis.  Saat itu, hampir tiga belas tahun yang lalu,  yang ada dalam pikiranku, bayi menangis artinya ia sedang merasakan sesuatu yang tidak nyaman. Mungkin rasa lapar, haus, atau kedinginan. Karena bayi yang bahagia, pastilah wajahnya tersenyum dengan lucunya. Ketakutanku yang kedua, aku takut di masa MPASI-nya bayiku tak mempunyai riwayat makanan alami dan sehat dari ibunya. Maka rajin-rajinlah aku bergelut di dapur. Sekitar jam tujuh pagi menu istimewa siap untuk bayiku yang sudah lima bulan.

Anak Soleha adalah Sumber Kekuatan

Kali ini aku ingin bercerita masa-masa saat aku hamil anak ketiga. Lebih dari empat tahun yang lalu. Ada satu hal yang mengesankan, saat kehamilanku memasuki trimester ketiga.  Saat itu  aku masih semangat melakukan aktifitas seperti biasa. Setiap hari bangun pagi, memasak, mencuci pakaian, mengantar jemput suami kerja dan mengantar jemput anak pertamaku yang saat itu sudah hampir naik kelas dua Sekolah Dasar. Maklum kami hanya mempunyai satu kendaraan untuk digunakan bersama. Lalu anak keduaku? Dialah balita kecil yang imut dan manja, terutama manja denganku.  Meski begitu, ia sangat antusias menunggu kelahiran adiknya dalam perut. Seringkali putri keduaku ini membelai perutku dan mengajak bicara calon adiknya. Ia sangat sayang, begitu pengakuannya. Hari berlalu. Aku masih dengan keseharianku. Mengerjakan tugas-tugas rumah tangga bahkan berlanjut sampai malam hari. Bisa dibilang gerakanku sedikit santai dan tak terlalu memaksa. Di saat aku merasa lelah, aku pasti beristirahat terlebih